Dengan adanya teknologi komunikasi yang kian maju, semua pekerjaan menjadi semakin mudah. Dengan kemajuan ini setiap orang bisa menjelajah melakukan apa saja dan dimana. Saja (tentunya lewat dunia maya hehe).
Karena tulisan ini ditulis hanya melalui media portable (hp doang) jadi ndak usah muluk-muluklah untuk berkarya terutama tulisan yang perfact banget. Yang penting tetap memberikan sebuah kontribusi tulisan terutama si ya berkaitan dengan cara penulisan tanpa tab. Atau mungkin tulisan yang agak rada alay. Tapi toh juga minat baca sekarang ini sudah mulai berkurang berkat adanya mikro bloging semisal facebook jadi ndak usah panjang-panjanglah.
Berkaitan dengan efektifitas dalam berkarya ini saya mempunyai beberapa tips sehingga memudahkan dalam berkarya atau lebih tepatnya produktifitas dalam berkarya yaitu :
1. Ya seperti yang saya katakan tadi. Berkary itu tidak usah muluk muluk atau terlalu serius. Karena terkadang ide itu datang malah pada saat kita guyonan. Begitu ada ide langsung deh catet.
2. Setelah ada ide coba untuk bereksplorasi. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan terutama budget (maklum kere hee) karya seni itu tidak mesti harus selalu mahal. Beranjaklah dari kesederhanaan.
3. Cepat selesaikan! Artinya jangan terlalu berpikir panjang yang ada nanti malah tidak jadi. Yang ini juga berarti begitu karya itu selesai maka mempunyai banuak waktu untuk memperbaikinya. Ingat dalam seni itu tidak ada kata harus tergantung bagaimana kita mempertanggung jawabkannya.
Okelah sekian dulu dari saya semoga bermanfaat. Kalo ada tambahan ato saran nanti diperbaiki lagi hehheeh caaooo.
Kamis, 11 Juli 2013
Menjadi lebih efektif dan efisien dalam berkarya
Jumat, 31 Mei 2013
Bagaimana menghargai sebuah komitmen?
OSA. Komitmen… sebuah kata sederhana namun pelaksanaannya bukanlah hal yang mudah. Komitmen adalah sebuah konsistensi untuk melakukan sesuat. Tanpa komitmen yang jelas seseorng akan sangat mudah berpaling. Diaini kita bedakan komitmen dengan keras kepala.. Walaupun hampir sama namun memiliki pengertian yang jauh berbeda.
Komitmen yang saya maksudkan adalah bagaimana kita melakukan kewajiban dengan konsisten, tanpa melihat untung maupun rugi. Tuhan maha pembuat rencana. Kita tidak pernah tau apa yang tuhan rencanakan. Tapi yang jelas Tuhan tau yang terbaik buat kita.
Selamat melakukan kewajiban.
Kamis, 30 Mei 2013
Tari Baris Kekupu
Kehidupan keagamaan masyarakat Bali sangat terkait dengan kesenian, khususnya tari sakral atau tari wali. Di Bali terdapat berbagai jenis tarian wali yang merupakan warisan turun-temurun dan beberapa daerah di Bali memiliki seni tari wali tersendiri dengan kekhasannya masing-masing. Namun, saat ini tarian tersebut jarang dapat ditemui bahkan ada yang hampir punah. Salah satu contohnya adalah tari Baris yang disajikan khusus untuk upacara keagamaan.
Tari Baris ada berbagai jenis di Bali yang namanya disesuaikan dengan properti maupun kostum tari yang digunakan. Tari Baris biasanya dibawakan oleh penari laki-laki yang menari secara berbaris. Salah satu contoh tari Baris yang namanya diambil dari penggambaran dan properti yang digunakan adalah tari Baris Kekupu yang terdapat di Banjar Lebah, Desa Sumerta, Denpasar.
Tari Baris Kekupu tersebut belakangan ini sangat jarang dapat dijumpai di daerah setempat. Bahkan, tarian tersebut semakin lama akan semakin menghilang seiring dengan kemajuan arus budaya global. Selain itu, tari Baris Kekupu juga memiliki ciri khas tersendiri pada gerak, busana yang digunakan penarinya, serta musik iringan tarinya. Berdasarkan fenomena tersebut, maka besar keinginan kami untuk mempelajari tarian tersebut guna pelestarian dan menambah wawasan kami sebagai mahasiswa ISI Denpasar yang berkecimpung dalam bidang seni.
Tarian ini dinamakan Baris Kekupu karena penarinya berbaris saat menari, gerakan kaki menggunakan gerakan malpal dalam tari Baris, serta menggunakan awiran dalam tari Baris. Tari Baris Kekupu ini menggambarkan sekelompok kupu-kupu yang sedang bermain di taman bunga. Selain itu, juga terkait dengan filosofi kupu-kupu di atas damar kurung dalam upacara memukur yang merupakan lambang dari dewa yang menyinari perjalanan atma. Tarian ini menggunakan sayap kupu-kupu saat menari sehingga berbeda dengan tari Baris lainnya. Tarian ini dipertunjukan dalam durasi waktu kurang-lebih 10 menit.
Sejarah Tari Baris Kekupu di Banjar Lebah
Tari Baris Kekupu di Banjar Lebah, Desa Sumerta, Denpasar, diciptakan sekitar tahun 1930-an oleh seorang seniman kakebyaran di Bali yang berasal dari daerah Denpasar, yaitu I Nyoman Kaler. Tarian tersebut diciptakan atas dasar permintaan dari Griya Gede Lebah, Sumerta, yang dipertunjukan pada saat upacara Memukur/Nyekah. Salah satu penarinya adalah Ni Luh Cawan dan Sadri. Idenya terinspirasi dari hiasan kupu-kupu pada damar kurung yang dipasang saat upacara Memukur. Adapun filosofi dari damar kurung tersebut adalah untuk menyinari atma yang telah lepas dari Panca Maha Bhuta menuju Siwa. Sedangkan, kupu-kupu itu sendiri sebagai simbol dewa yang menyinari.
Pada awalnya, tari Baris Kekupu ini ditarikan oleh penari laki-laki, seperti tari Baris pada umumnya. Kemudian, digantikan oleh penari perempuan karena adanya unsur-unsur tari legong dalam tarian tersebut. Ide penciptaan tari Baris Kekupu ini pun tidak terlepas dari tari Legong Kupu-kupu yang ada di desa Bedulu, Gianyar.
Struktur dan Ragam Gerak Tari Baris Kekupu
Tari Baris Kekupu memiliki ragam gerak yang hampir sama dengan tari Kupu-kupu Tarum ciptaan I Wayan Beratha, sedangkan bagian pengawak hampir sama dengan pengawak tari Legong. Struktur tarinya yang sama dengan tari Bali pada umumnya, yaitu terdiri dari :
1. Pepeson
· Ngumbang ke depan
· Agem kanan
· Ngutek
· Ngegol ke depan, ke samping, berhadapan, dan ke depan
· Ombak angkel
· Ngenjet dan sledet
· Makecos
· Ngumbang (malpal) ke depan
· Maserod
· Angkeb-angkeb
· Tarik, ngumbang ke belakang
· Angkeb-angkeb
· Nyeregseg ke depan
· Miles, maserod, dan sledet
2. Pengawak
· Nyeregseg
· Ngenjet
· Nimpah
· Angkeb-angkeb
· Ngubit
· Ngelukun
· Maserod, sledet
Ragam gerak ini diulang tiga kali (kiri, kanan, dan kiri).
Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan :
· Mentang laras
· Ngelawang
· Nyeregseg
· Maserod
· Matimpuh
3. Pengecet
· Nengok
· Nolih kampid
· Ngenjet, sledet
· Makipekan
· Makecos
· Ngumbang (malpal)
· Ngotag
· Ngenjet, sledet
· Makipekan
· makecos
· Ngumbang
· Ngeseh
· Ngotag
· Makeber
· Ngalih amah
· Angkeb-angkeb
· Makecos
· Makeber
· Makecos
· Ngumbang
· Ngemang amah
· Makeber
· Makecos
· Ngumbang
4. Pekaad
· Ngeseh
· Agem kanan
· Balik kiri
· Sogok kanan dan kiri
· Maserod
· Sledet
Iringan Tari
Tarian ini menggunakan iringan yang biasa digunakan sebagai iringan tari pada umumnya, yaitu gamelan Gong Kebyar.
Ciri Khas Tari Baris Kekupu
Sama halnya dengan tarian lainnya, tari Baris Kekupu di Banjar Lebah tersebut juga memiki ciri khas yang menjadi identitasnya dan berbeda dengan tari lainnya. Adapun yang menjadi ciri khas tarian tersebut adalah terdapat pada bagian pengawak, yaitu gerakan ngenjet, nimpah (berlutut dalam posisi kaki menyilang dan salah satu kaki menyentuh lantai), serta gerakan ngubit dan ngelukun. Selain itu, ciri khasnya juga dapat dilihat dari busana tari yang digunakan, yaitu perpaduan busana tari Legong (hiasan kepala/gelungan) dan busana tari Baris (busana badan). Adapun ide penggunaan beberapa busana tari legong terinspirasi dari tari Legong Kupu-kupu.
Kesimpulan
Tari Baris Kekupu di Banjar Lebah, Sumerta, merupakan salah satu jenis tari Baris upacara yang diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1930-an atas permintaan dari Griya Gede Lebah, Sumerta. Idenya terinspirasi dari hiasan kupu-kupu pada damar kurung yang dipasang pada saat upacara Memukur. Hal itu juga terkait dengan filosofi kupu-kupu sebagai dewa yang menyinari atma yang telah lepas dari Panca Maha Bhuta. Tarian ini merupakan perpaduan antara tari Baris dan Legong yang dapat dilihat dari gerak, struktur, dan busana tari yang digunakan. Dengan adanya hal tersebut, maka ada ciri khas dari tari Baris Kekupu tersebut yang juga dapat dilihat dari gerak tarinya, seperti gerakan ngenjet, nimpah, ngubit, dan ngelukun.
Keberadaan mengenai tarian tersebut saat ini jarang dapat dijumpai di Banjar Lebah, Sumerta, karena tidak adanya regenerasi. Namun, ada upaya yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan tari Baris Kekupu tersebut adalah dengan mempertunjukannya pada saat upacara Dewa Yadnya di pura maupun banjar di daerah setempat.
Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah untuk dapat melestarikan tari Baris Kekupu di Banjar Lebah, Sumerta, maupun kesenian lainnya yang hampir punah karena pengaruh arus budaya global. Untuk dapat mempertahankan ciri khasnya, perlu adanya regenerasi dan dokumentasi agar tarian tersebut dapat berkelanjutan.
SUMBER
Bandem, I Made. 1986. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia.
Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Spies, Walter, dan Beryl de Zoete. 1973. Dance and Drama in Bali. Kuala Lumpur : Oxford University Press.
Ibu Ni Ketut Arini Alit, SST.
Bapak I Ketut Sutapa.
Senin, 27 Mei 2013
TARI BARIS TEKOK JAGO DI TEGAL DARMASABA
1. Latar Belakang Sejarah
Sekea atau grup tari Baris Tekok Jago ini berdiri tahun 1927, bertempat di pura Dalem Gegelang atas prakarsa "sekaa majukut" kelompok tani pimpinan I Ngilis (almarhum).
Pada mulanya, ada upacara Pitrayadnya (pelebon/ngaben) di jeroan gede banjar Gulinga, Tegal Darmasaba. Pada waktu pelaksanaan upacara tersebut, dipentaskan tari baris yang bernama "Ketekok Jago" dan Tembau, Kesiman. Kesenian tersebut ternyata mampu menarik perhatian masyarakat desa Tegal, Darmasaba, terutama masyarakat tani banjar Tengah. Hal itu disebabkan karena selain masyarakat tersebut dalam kegiatannya sehari-hari sebagai petani, juga mereka senang dengan kesenian tari dan tabuh. Maka setelah peristiwa pelebon di jeroan gede itu selesai, masyarakat banjar Tengah giat sekali mempelajari tari Baris Tekok Jago tersebut. Tentu saja dengan Karapan nantinya akan dapat dipergunakan untuk sarana dalam upacara "dewa yadnya" maupun dalam upacara pitrayadnya, terutama di desa mereka sendiri.
Kemudian, pementasan mereka yang pertama yang disebut dengan istilah "nyisiang" (perdana) dilakukan di jaba (halaman) pura dalem Gegelang, bertepatan dengan upacara dewayadnya "ngenteg linggih".
Demikianlah asal mulanya, dan sampai sekarang kesenian tersebut tetap dilestarikan dan bahkan dikeramatkan.
2. Fungsi Tari Baris Tekok Jago di Tegal Darmasaba.
Sebagaimana halnya dengan tari Baris Tekok Jago di Tangguntiti maupun di banjar Begawan, maka fungsi tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini pun untuk kepentingan upacara Pitrayadnya dan bahkan juga untuk upacara Dewayadnya.
3. Kondisi Baris Tekok Jago di Tegal Darmasaba
a. Pelaku / Penari
Jumlah penari seluruhnya 20 (dua puluh) orang, semuanya laki-laki. Seperti halnya, di tempat lain, maka dari sejumlah penari tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yakni : sebagian menjadi angsa dan sebagiar besar lainnya menjadi burung gagak.
b. Perbendaharaan Gerak
Gerakan gerakan yang dipergunakan berjumlah 12 (dua belas) macam, sebagai berikut :
1) Gandang-gandang, yakni gerakan berjalan ke depan lambat-lambat, kaki kiri dan kanan maju bergantian. Tangan kanan memegang tombak, dipanggul di puncak kanan dan tangan kiri di pinggang.
2) Kipekan, yakni gerakan kepala menoleh dengan sigap ke sudut kanan dan ke sudut kiri.
3) Tanjek, yakni gerakan tanda berakhir dari suatu gerakan. Caranya dengan berhenti dengan salah satu kaki di depan. Tanjek ada dua macam, yaitu : tanjek kanan dan tanjek kiri.
4) Agem, yakni sikap awal dalam keadaan siap. Agem dapat dibagi dua, masing-masing:
- Agem dengan membawa tombak; sikap kaki sirang pada, tangan kanan memegang tombak, dipanggul di pundak kanan, dan tangan kiri di pinggang.
- Agem dengan memegang selendang; kaki sirang pada, tangan memegang selendang.
5) Gelatik nuut papah, yakni gerakan yang didahuli dengan angsel, sikap tangan memegang tombak yang dipanggul di pundak kanan, dengan gerakan tombak menghadap ke atas dan ke bawah saling bergantian, sedangkan tangan kiri di pinggang. Sikap ini disertai dengan gerakan kaki ke kanan maupun ke kiri dengan cara menyilangkan. Kemudian diikuti gerakan badan dimiringkan sesuai dengan arah kaki.
6) Tanjek dua, yakni gerakan berjalan ke depan, sambil menghentakkan kaki sebanyak dua kali.
7) Ulap-ulap, yakni gerakan lengan sambil memegang selendang. Semantara itu kepala menoleh ke kiri atau ke kanan, seakan-akan memperhatikan sesuatu.
8) Nengkleng, yakni gerakan dengan satu kaki diangkat tinggi-tinggi setinggi lutut. Kaki kanan dan kiri digerakkan bergantian.
9) Ngerajeg, yakni gerakan yang menunjukkan atau menandakan tarian akan selesai. Gerakan ini terdiri dari : kaki kiri diangkat setinggi lutut, badan agak merendah, tangan kiri di depan dada, tangan kanan tetap memegang tombak yang dipanggul di pundak kanan.
10)Ngegol, yakni gerakan menggoyangkan pinggul ke diri dan kanan, disertai sikap badan agak merendah. Tombak dipegang dengan kedua tangan, diayun ke kiri dan ke kanan.
11)Ngitir, yakni gerakan seperti ngegol namun diikuti dengan gerakan kaki yang digeser agak lambat ke kiri maupun ke kanan.
12)Ngindang, yakni gerakan berjalan ke kiri dan ke kanan dengan posisi badan dimiringkan sesuai dengan arah kaki dan kedua tangan memegang selendang (jung selendang).
13)Maaras-aras, yakni gerakan leher ke kiri dan ke kanan mulai dari lamban kemudian cepat. Gerakan ini dilakukan berpasangan (berhadap hadapan), tangan saling berpegangan.
14)Angsel, yakni gerakan yang menandakan suatu perubahan dari gerakan satu kepada gerakan lain.
c. Tema
Tema tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini pun tidak berbeda dengan tema tema yang dibawakan oleh Baris Tekok Jago di daerah lainnya, yakni terjadinya perang antara “kebaikan melawan kejahatan”.
Tema semacam ini tentulan dimaksudkan agar kejahatan yang senantiasa menghadang dapat dikalahkan. Atau secara khusus agar para bhutakala yang ingin mengganggu perjaianan roh menuju kuburan dapat dikalahkan, atau setidak-tidaknya dapat "dibujuk" agar tidak mengganggu. Hai ini tampak jelas manakala para penari tersebut menghaturkan sesajen di perempatan atau pertigaan jalan yang dilalui pada waktu membawa mayat ke kuburan.
d. Tata-bhusana
Bhusana atau kostum yang dipergunakan pada waktu menari terdiri dari :
1) Gelungan
2) Celana panjang warna putih tetapi pada bagian bawahnya ada strip strip hitam putih (poleng).
3) Baju lengan panjang : pada badan warna hitam putih kotak-kotak, lengan berwarna lurik (putih, kuning, hijau, dan hitam).
4) Kain putih
5) Saput, warna hitam putih (poleng)
6) Saput, warna hitam putih (poleng)
7) Badong; hiasan leher
8) Awir; terdiri dari bermacam macam warna, berbentuk segi empat. Tepinya, dihiasi dengan rambu rambu merah dan kuning.
9) Selendang.
Selain kostum di atas, para penari membawa juga perlengkapan lainnya seperti : keris, dipasang atau diselipkan di punggung dan sebuah tombak. Tombak diberi warna strip strip hitam putih. Pada bagian atas diberi hiasan bulu merak.
e. Upacara / Upakara pementasan
Sebagaimana halnya dengan tradisi pada kegiatan tari Baris Tekok Jago lainnya, maka begitu pula halnya dengan tradisi Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba yang selalu membuatkan upacara dengan sarana sesajen pada waktu akan melakukan pementasan. Tujuannya sudah tento mohon keselamatan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Pada umumnya upacara tersebut dilakukan pada waktu menjelang pentas, kemudian pada waktu pentas dan terakhir ketika sudah selesai pentas. Seluruh jenis sesajen yang dipergunakan dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Daksina gede
2) Peras ajengan
3) Pangresikan / biaakaonan
4) Nasi rongan
5) Ulam / lauk pauk karangan
6) Pajegan dengan ulam pajegan
7) Segehan agung
8) Ketipat / ketupat tampul
Selain sesajen untuk Baris itu sendiri, juga dibuatkan sesajen untuk keperluan alat-alat gambelan, yang lazim disebut "banten gong". Adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1) Peras
2) Daksina
3) Sodan
4) Segehan
5) Ketipat kelanan
6) Ketipat gong
f. Tempat Pementasan
Tempat pementasan tari Baris ini disebut juga "kalangan" atau berbentuk arena. Dibuat bebas dan bersifat darurat. Tempat bermain ini biasanya di halaman pura dan juga di halaman kuburan. Apabila pentas di pura untuk suatu upacara Dewayadnya, maka kalangannya dibuat di "jaba" tengah, tanpa menggunakan “langse” atau hiasan lainnya secara khusus. Sedangkan apabila Baris tersebut pentas di kuburan, dalam suatu upacara Pitrayadnya, maka kalangan dibuat di dekat pembakaran mayat. Juga tanpa "langse" atau dekorasi khusus lainnya.
g. Iringan
Tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini mempergunakan seperangkat gambelan gong kebyar. Kalau di Tangguntiti, maupun di Begawan Pedungah, dipergunakan sebagian kecil dari gambelan gong kebyar, di banjar Tengah ini dipergunakan hampir seiuruh instrumen, kecuali gambelan terompong.
Adapun jenis jenis gambelan / instrumen yang dipakai adalah :
1) Kendang 2 (dua) buah
2) Suling
3) Cengceng
4) Giying / pengugal
5) Pemade 4 (empat) buah
6) Kantil 4 (empat) buah
7) Jublag 2 (dua) buah
8) Kajar
9) Kenong
10)Reong
11)Jegogan 2 (dua) buah
12)Kempur dan gong
Sedangkan lagu-lagu yang dipergunakan adalah :
1) Lagu Omang
2) Lagu Barong
3) Lagu Kale
4) Lagu Pengeset Jauh luh
h. Komposisi Tari
Komposisi atau "paileh" tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Para penari berderet tiga memanjang, dengan perlengkapan tombak yang dipanggul dipundak kanan, perlahan-lahan maju ke arena dengan gerak "gandang arep" terus ngangsel. Gerakan ini disertai dengan agem kanan dan agem kiri dan dilanjutkan dengan tanjek dua, nengkleng berganti ganti kaki kanan dan kiri. Kemudian kembali angsel dilanjutkan dengan gerakan gelatik nuut papah ke kanan dan ke kiri. Gerakan ini dilanjutkan dengan tanjek kanan, terus gandang arep.
2) Posisi kedua, sama dengan posisi pertama.
3) Posisi ketiga, semua penari menghadap ke samping kanan dengan badan agak membungkuk, diikuti dengan gerakan ngegol, tombak dipegang dengan kedua tangan merentang di depan lutut, diayun ke muka dan ke belakang. Kemudian tombak diletakkan di bawah, dilanjutkan dengan mengambil selendang (sebagai sayap) lalu mengibas-ngibaskannya dalam posisi "ngitir" mengelilingi para penari lainnya yang masih jongkok. Dilakukan berulang-ulang dengan gerakan maaras-arasan, berganti ganti.
4) Posisi keempat, sama dengan posisi pertama. Gerakannya nengkleng ke kiri dan ke kanan, berganti ganti. Selanjutnya, barisan terdapat berbalik hadap, dengan teriakan "kuuk", diikuti oleh yang lainnya secara serempak. Tombak diayun ke depan seperti pasukan berperang.
Perlu ditambahkan bahwa, setiap pergantian posisi diisyaratkan dengan teriakan “kuuk”. Ini juga sebagai pertanda agar penabuh mengganti lagu / gending.
Minggu, 26 Mei 2013
sankha'ra art
sebagai sanggar yang akan beranjak tahun ke dua, Sankha'ra art selalu melakukan perbaikan-perbaikan baik dari segi waktu maupun dari segi pengajaran. Sankara art sendiri mempunyai visi menjadikan sebuah trenseter lembaga nonformal dibidang seni budaya dan sosial masyarakat.
semoga akan tetap terus mejaga kelestarian kesenian Bali.